Akhir-akhir ini ada sesuatu hal yang
mengganjal dalam pikiran saya mengenai semua yang terjadi di dunia pendakian
gunung. Berikut sedikit curhatan, pemikiran, unek-unek atau apalah yang
berkaitan dengan hobi yang paling saya cintai ini ;
Dahulu pendakian gunung sebuah hobi yang
kurang digemari seperti saat ini. Tiap kali mendaki gunung, kita hanya bertemu
beberapa kelompok lain saja. Berbeda dengan sekarang, pendakian gunung
merupakan hobi yang tenar sekali dikalangan pemuda. Sampai-sampai setiap week
end di gunung kita harus berebut lapak untuk mendirikan tenda. Seakan-akan
mereka berlomba-lomba untuk mendaki gunung yang tinggi. Di media internet juga
semakin banyak grup atau akun-akun yang bertujuan mewadahi kebutuhan informasi
bagi para pendaki gunung.
Semakin banyak pemuda-pemuda yang mulai
mencintai kegiatan pendakian gunung dan semakin banyak juga KPA (Komunitas
Pecinta Alam) yang berdiri di tengah-tengah masyarakat. Hal ini harusnya
berdampak positif bagi kelestarian alam, namun kenyataannya terbalik. Semakin
banyak pendaki dan semakin banyak yang mengaku pecinta alam malah kerusakan
yang terjadi di gunung sangat besar.
Ini ironi memang!!! Semakin banyak yang
mengaku pecinta alam tapi alam semakin rusak.
Ada satu hal yang paling mengganjal dalam hati
saya, yaitu, ketika seorang travel blogger atau penulis blog perjalanan
menulis tentang destinasi yang indah dengan menyertakan foto yang indah pula.
Saat banyak yang telah membaca, secara tidak langsung tulisan tersebut akan mempersuasi
pembaca untuk berkunjung juga ke tempat tersebut. Hingga akhirnya berdatangan
banyak pengunjung tanpa terkendali di tempat tersebut dan ujung-ujungnya
terjadi kerusakan pada tempat tersebut. Kami para penulis blog tentang
perjalanan menjadi galau. Di satu sisi kami ingin berbagi tentang suatu
destinasi wisata yang indah dan di satu sisi lain berdampak sangat riskan
terhadap kelestarian destinasi wisata tersebut.
Dalam hal ini saya tidak menyalahkan
pembaca yang tertarik berkunjung. Tetapi lebih menyalahkan pihak pengelola yang
tidak membatasi atau mengontrol jumlah pengunjung yang datang sehingga terjadi
kerusakan alam.
Mohon maaf jika ada yang terusik dengan
tulisan saya. Bukannya saya "sok bersih" atau "sok menjaga
kelestarian alam", saya juga sama kadang belum bisa bertanggung jawab
untuk menjaga alam. Disini saya hanya menulis kegamangan saya akan kerusakan
alam yang terjadi di gunung.
Jadi saya sedikit merasa bersalah jika
menulis suatu tempat yang indah kemudian terjadi lonjakan pengunjung di tempat
tersebut. Maaf Cikuray, Maaf Guntur, Maaf Semeru, dll. Mungkin ada andil juga
dari catatan perjalanan saya terhadap kerusakan alam yang terjadi.
Sekian !!! Salam Lestari